Desa Banjarsari Wetan Kecamata Dagangan Provinsi Jawa Timur Indonesia slbnbanjarsariwetan@gmail.com (0351) 493719/ 081330651175

“Kolaborasi Inklusif: Menguatkan Nilai Sosial dan Emosional antara SMKN 1 Geger dan SLBN Banjarsari Wetan”

Acara Hiburan Oleh Siswa SMKN 1 Geger

 

Dalam upaya menumbuhkan karakter, empati, dan semangat kebersamaan di lingkungan pendidikan, SMKN 1 Geger menjalin kerja sama dengan SLBN Banjarsari Wetan dalam sebuah kegiatan bertema “Kolaborasi Inklusif: Menguatkan Nilai Sosial dan Emosional antara SMKN 1 Geger dan SLBN Banjarsari Wetan.”Kegiatan ini menjadi salah satu wujud nyata penerapan Social Emotional Learning (SEL) atau pembelajaran sosial emosional yang menekankan pentingnya memahami diri sendiri, berempati terhadap orang lain, serta mampu membangun hubungan positif di masyarakat. Kegiatan ini lahir dari semangat untuk menghadirkan proses belajar yang tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian dan kebersamaan antar peserta didik. Melalui interaksi langsung dan kegiatan bersama, diharapkan siswa dapat memahami pentingnya menghargai perbedaan, bekerja sama, serta menumbuhkan rasa saling menghormati di tengah keberagaman kemampuan. Kegiatan ini menjadi salah satu wujud nyata penerapan Social Emotional Learning (SEL) atau pembelajaran sosial emosional yang menekankan pentingnya memahami diri sendiri, mengelola emosi, berempati terhadap orang lain, serta mampu membangun hubungan positif di masyarakat. Kolaborasi antara SMK dan SLB ini juga mencerminkan semangat pendidikan inklusif—bahwa setiap anak, dengan segala keunikan dan potensinya, berhak untuk berkembang bersama dan belajar satu sama lain dalam suasana yang saling mendukung.

Salah satu kegiatan pembiasaan di pagi hari sebelum kegiatan belajar mengajar di dalam kelas

Kegiatan dimulai dengan suasana yang penuh semangat dan keakraban. Siswa dari kedua sekolah berkumpul di halaman SLBN Banjarsari Wetan untuk melaksanakan senam bersama. Gerakan senam yang sederhana namun menyenangkan membuat semua peserta larut dalam kebersamaan tanpa sekat. Tawa dan canda terdengar di antara barisan siswa, menciptakan suasana yang hangat dan inklusif. Mety Leontiana Pinem, S.Pd. guru SMKN 1 Geger yang mendampingi kesebelas siswa-siswinya juga ikut mengikuti kegiatan senam berbaur dengan siswa-siswi SLBN Banjarsari Wetan. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama yang menggema dengan penuh semangat nasionalisme. Tampak Diana Onad Frantiwi, S.Pd. dan Primanurani Kumalasri, S.Pd. berdiri didepan barisan guna memimpin siswa-siswi hambatan pendengar (tunarungu) untuk mengisyaratkan lagu Indonesia Raya. Kemudian acara dilanjutkan dengan hafalan surat-surat pendek dan doa sehari-hari yang dipimpin oleh Qurrotula’yuun, S.Pd. Momen ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran spiritual, tetapi juga mengajarkan siswa SMKN 1 Geger tentang ketekunan dan ketulusan teman-teman SLB dalam menjalankan kegiatan keagamaan. Dan kegiatan berikutnya adalah saling berjabat tangan antar siswa dan guru SLBN Banjarsari Wetan sebelum memasuki kelas. Kegiatan ini memang menjadi pembiasaan pagi hari di SLBN Banjarsari Wetan.

Siswa-siswi SMKN 1 Geger mengunjungi dan berlatih bersama dalam kegiatan ekstrakurikuler

Memasuki sesi berikutnya, para siswa SMKN 1 Geger diajak berkeliling untuk mengamati dan ikut bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler di SLBN Banjarsari Wetan. Mereka melihat secara langsung bagaimana siswa SLB berlatih dan berkarya dalam berbagai bidang keterampilan seperti tata busana, tata rias, mewarnai, menyanyi, membatik, hingga membuat keset dari kain perca. Siswa SMK terlihat sangat antusias. Mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi ikut mencoba membantu dan belajar bersama. Dalam kegiatan membatik, misalnya, beberapa siswa SMKN 1 Geger tampak kagum melihat ketelitian dan kesabaran siswa SLB dalam menempelkan daun pada kain, lalu dipukul dengan palu atau batu untuk memindahkan warna dan bentuk ke kain, karena saat itu, siswa-siswi SLBN Banjarsari Wetan akan membuat batik ecoprint. Begitu juga pada kegiatan kstrakurikuler tata rias, di mana beberapa siswi dari SMKN 1 Geger menjadi model untuk dirias. Siswa-siswi dari kedua sekolah saling berbagi pengalaman dan keterampilan dengan suasana penuh kehangatan. Kegiatan ini memberikan manfaat yang luas, baik secara sosial maupun emosional. Bagi siswa SLB, kegiatan ini menjadi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dan potensi yang mereka miliki di hadapan teman-teman dari sekolah umum. Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan atas diri mereka sendiri. Sementara bagi siswa SMKN 1 Geger, kegiatan ini menjadi pengalaman berharga yang mengajarkan arti empati, kesabaran, serta penghargaan terhadap keberagaman kemampuan setiap individu. Mereka belajar bahwa setiap orang memiliki cara dan kecepatan yang berbeda dalam belajar, namun semua memiliki nilai dan keistimewaan yang sama.

Siswa-siswi SMKN 1 Geger diajak untuk melihat produk yang dihasilkan oleh siswa-siswi SLBN Banjarsari Wetan

Pada akhir kegiatan, para siswa SMKN 1 Geger menyampaikan kesan dan pesan mereka tentang pengalaman hari itu. Banyak di antara mereka yang mengaku bahwa kegiatan ini membuka mata dan hati mereka. Salah satu siswa mengatakan, “Saya merasa senang bisa bermain dan belajar bersama teman-teman di SLB. Mereka hebat, sabar, dan semangat. Saya belajar banyak hal hari ini.” Ada juga yang menyampaikan bahwa mereka menjadi lebih menghargai usaha dan perjuangan teman-teman SLB dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa bahkan terharu melihat bagaimana siswa SLB tetap tersenyum dan bersemangat meski memiliki keterbatasan. Guru pendamping dari SMKN 1 Geger juga menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga bagi pendidik. Guru hendaknya melihat potensi siswa dari sisi yang lebih luas—bukan hanya dari kemampuan akademik, tetapi juga dari kekuatan hati, semangat, dan kemauan untuk berjuang. Kegiatan Kolaborasi Inklusif ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai sosial dan emosional mampu membangun karakter peserta didik yang lebih manusiawi. Melalui interaksi sederhana, senyuman, dan kerja sama, para siswa belajar tentang arti persahabatan, empati, dan kemanusiaan. Akhirnya, kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk memperkuat implementasi Social Emotional Learning secara nyata. Karena sejatinya, pendidikan bukan hanya tentang belajar di kelas, tetapi juga tentang belajar memahami dan mencintai sesama manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.